Rabu, 02 Juli 2025

Profit atau Impact? Kenapa Bisnismu Harus Punya Dua Kaki untuk Berlari Jauh

https://sieplus.vhx.tv/products/impact-profit-conference-2023-day-2

Saat mendengar kata “bisnis,” banyak orang langsung membayangkan uang, keuntungan, dan angka-angka. Tapi di dunia yang terus berubah seperti sekarang, bisnis bukan cuma soal profit. Ada satu kata lain yang kini makin penting: impact dampak nyata bagi lingkungan, masyarakat, dan masa depan.

Pertanyaannya: haruskah bisnis hanya kejar untung? Atau bisa juga mengejar dampak?


πŸ“Œ Apa Itu Bisnis Kejar Profit dan Bisnis Kejar Impact?

Bisnis kejar profit adalah model usaha yang menitikberatkan pada keuntungan finansial. Tujuannya jelas: mendapatkan laba sebesar-besarnya bagi pemilik atau pemegang saham. Segala keputusan diambil berdasarkan potensi keuntungan, bahkan jika harus menekan biaya dengan risiko merugikan lingkungan atau tenaga kerja.

Sementara itu, bisnis kejar impact adalah usaha yang berorientasi pada kontribusi sosial, ekonomi, dan lingkungan, tanpa mengabaikan keberlanjutan finansial. Tujuannya bukan hanya “cuan”, tapi menciptakan makna dan perubahan positif. Contohnya: membantu petani lokal, mengurangi emisi karbon, atau meningkatkan literasi digital meskipun itu artinya profit tidak sebesar kompetitor.

“People don’t buy what you do, they buy why you do it.” -Simon Sinek  

πŸ”„ Spektrum Bisnis: Dari Impact First ke Money First 

 


https://slidemodel.com/templates/non-profit-vs-for-profit-powerpoint-diagram/

Untuk memahami posisi dan orientasi bisnis dalam mengejar profit dan impact, mari lihat model spektrum berikut yang menggambarkan pergeseran dari “dampak dulu” hingga “uang dulu”:

  1. Traditional Charity: Fokus penuh pada dampak sosial, tanpa orientasi profit. Umumnya bergantung pada donasi.
  2. Sustainable Non-profit: Organisasi sosial yang mulai menerapkan praktik bisnis agar mandiri secara finansial.
  3. Social Enterprise: Titik tengah antara profit dan impact, menggunakan model bisnis untuk misi sosial.
  4. Responsible Enterprise: Perusahaan berorientasi profit yang juga punya komitmen sosial, misalnya lewat CSR.
  5. Traditional Enterprise: Fokus utamanya adalah profit; tanggung jawab sosial bersifat pelengkap saja.

Artinya, impact dan profit bukanlah dua kutub yang harus dipilih salah satu. Mereka bisa menyatu dalam satu model bisnis yang sehat dan berkelanjutan.


🧠 Menurut Pendapat Saya...

Menurut saya, bisnis ke depan tidak cukup hanya mengejar keuntungan. Saya sadar bahwa bisnis bisa menjadi alat paling kuat untuk memperbaiki dunia. Tapi hanya jika kita tahu tujuan dari apa yang kita bangunBisnis bukan cuma tentang apa yang kita jual, tapi kenapa kita melakukannya. Ketika tujuan kita selaras dengan kebutuhan masyarakat dan bumi, maka bisnis menjadi lebih kuat, relevan dan disukai publik.

1️Seberapa Penting Sebuah Bisnis Mengejar Impact?

Sangat penting. Karena:

  • Konsumen masa kini semakin sadar terhadap isu sosial dan lingkungan. Mereka lebih memilih merek yang punya nilai.
  • Karyawan, khususnya generasi muda, lebih tertarik bekerja di tempat yang punya misi lebih besar dari sekadar angka.
  • Investor kini mempertimbangkan faktor ESG (Environmental, Social, Governance) dalam mendanai bisnis.

Menurut saya, impact bukan sekadar idealisme, tapi strategi jangka panjang. Bisnis yang berdampak membangun kepercayaan, menciptakan loyalitas, dan memiliki reputasi yang kuat di tengah pasar yang kompetitif.


2️Bisa Gak Sebuah Perusahaan Menyeimbangkan Profit dan Impact?

Bisa banget. Bahkan, perusahaan yang bisa menyeimbangkan keduanya adalah yang paling tahan banting. Caranya antara lain:

  • Menanamkan nilai sosial dan keberlanjutan ke dalam model bisnis sejak awal, bukan sebagai tambahan (CSR) belaka.
  • Mengintegrasikan keberlanjutan (sustainability) sebagai bagian inti dari strategi bisnis.
  • Melibatkan komunitas dan stakeholder agar impact menjadi bagian dari ekosistem, bukan beban.

Menurut saya, justru ketika dikelola dengan bijak, impact bisa memperkuat profit membangun reputasi, menciptakan loyalitas pelanggan, dan membuka peluang kolaborasi lebih luas.


3️Contoh Perusahaan yang Sukses Menyeimbangkan Profit dan Impact

DuaKelinci

https://id.wikipedia.org/wiki/Dua_Kelinci


Melalui program "Kacang untuk Negeri", DuaKelinci mendukung petani lokal dengan pelatihan dan akses pasar. Mereka tetap untung besar, tetapi juga memperkuat ekosistem pertanian nasional.

Gojek

https://www.itworks.id/wp-content/uploads/2019/07/logo-gojek.png

Gojek memulai dari solusi transportasi, tapi kini memberdayakan jutaan mitra driver dan UMKM. Mereka menyumbang besar ke ekonomi digital dan sektor informal, sembari tetap tumbuh jadi unicorn dengan valuasi tinggi.


Du Anyam

https://duanyam.com/newsletter/dampak-du-anyam-menyejahterakan-masyarakat/

Du Anyam memberdayakan ibu-ibu di pedesaan NTT melalui anyaman tradisional. Produk mereka dijual ke pasar nasional dan global, memberdayakan perempuan dan melestarikan budaya lokal, sembari membangun bisnis berkelanjutan.


πŸ” Profit vs Impact: Beda Tapi Bisa Bersatu

Aspek

Bisnis Kejar Profit

Bisnis Kejar Impact

Kesamaan

Tujuan

Maksimalkan Keuntungan.

Memberi dampak sosial atau lingkungan.

Sama-sama ingin berkelanjutan.

Ukuran Keberhasilan

Omzet, laba, pertumbuhan pasar.

Jumlah impact, perubahan yang terjadi.

Harus inovatif dan adaptif.

Fokus Strategi

Efisiensi, ekspansi.

Solusi untuk masalah nyata.

Butuh kepercayaan dan loyalitas.

Model Operasi

Berdasarkan margin.

Berdasarkan misi dan kebermanfaatan.

Keduanya butuh model bisnis yang kuat.

 

Kesimpulan: Lari Lebih Jauh, Bukan Cuma Lebih Cepat

Bisnis yang hanya mengejar profit mungkin bisa lari cepat, tapi pendek. Bisnis yang punya dua kaki: profit dan impact, bisa berlari lebih jauh dan berkelanjutan.

“Apakah bisnis ini cuma menghasilkan uang, atau juga menghasilkan makna?”

Itulah pertanyaan penting yang perlu kita ajukan saat membangun atau memilih bisnis. Karena dunia ini tidak hanya butuh pebisnis hebat, tapi juga pemimpin yang berdampak.

 

Rabu, 18 Juni 2025

"Dua Jalur, Satu Tujuan: Mengenal Inbound dan Outbound dari Bisnis ke Kehidupan"


🌐 Inbound vs Outbound: Apa Bedanya & Mengapa Kita Perlu Tahu?

Di era digital, yang menang bukan hanya yang cepat, tapi yang tahu ke mana harus melangkah.

Pernah nggak sih kamu penasaran, kenapa bisa tiba-tiba muncul iklan pas kamu buka TikTok? Atau kenapa kamu sering dapat email promo dari toko yang belum pernah kamu kunjungi? Nah, itulah yang disebut strategi inbound dan outbound dua pendekatan penting dalam komunikasi dan logistik yang ternyata relevan banget dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

πŸ“₯ Apa Itu Inbound?



Inbound secara sederhana berarti masuk ke dalam. Dalam konteks bisnis dan logistik, inbound merujuk pada segala hal yang datang ke arah kita. Contoh Inbound dalam kehidupan:

  • Kamu search YouTube buat cari tutorial → inbound content
  • Restoran menerima bahan makanan dari pemasok → inbound logistik
  • Paket dari marketplace baru sampai di gudang pusat → inbound pengiriman

Inbound dalam Bisnis dan Logistik:

  • SEO dan blog yang membuat orang menemukan bisnis kamu secara organik
  • Barang dari pemasok dikirim ke gudang
  • Konsumen datang sendiri mencari produk karena butuh.

🎯 Tujuan inbound: menarik perhatian secara alami tanpa paksaan.

 

πŸ“€ Apa Itu Outbound?


Sebaliknya, outbound berarti keluar dari dalam. Ini adalah proses ketika kita yang lebih dulu menyampaikan informasi, barang, atau penawaran kepada orang lain.

πŸ“ŒContoh Outbound dalam Kehidupan:

  • Dapat SMS promo dari toko yang belum kamu kenal → outbound marketing
  • Barang keluar dari gudang menuju rumah → outbound logistik
  • Makanan yang kamu pesan diantar ke meja → outbound pelayanan

🧠 Outbound dalam Bisnis dan Logistik:

  • Iklan berbayar, email blast, telemarketing
  • Barang dikirim dari warehouse ke pelanggan
  • Strategi aktif menjangkau audiens baru

🎯 Tujuan outbound: menjangkau sebanyak mungkin dengan cepat.

 

πŸ“Š Tabel Perbandingan Inbound vs Outbound

Aspek

Inbound

Outbound

Siapa yang mulai?

Konsumen yang aktif mencari.

Perusahaan menawarkan informasi

Arah proses

Masuk ke dalam bisnis.

Keluar dari bisnis ke pelanggan.

Fokus utama

Menarik audiens.

Menjangkau audiens.

Contoh Marketing

SEO, konten blog, media sosial organik.

Iklan, email blastbrosur.

Tujuan

Membangun relasi alami dan jangka panjang.

Konversi cepat dan menjangkau luas.

Aktivitas utama

Pengadaan, penerimaan, penyimpanan.

Pemrosesan pesanan, pengiriman, layanan.

Hal yang ditekankan

Kebutuhan bahan atau produk untuk produksi.

Kepuasan pelanggan dan efisiensi penjualan.

 

🚚 Tantangan dan Solusi dalam Inbound dan Outbound Logistik

Inbound Logistics

Tantangan:

  • Kekosongan informasi
  • Lonjakan permintaan tak terduga
  • Ketergantungan pada supplier

Solusi:

  • Gunakan sistem manajemen rantai pasok (SCM ) dan dashboard real-time
  • Lakukan prediksi tren musiman dan komunikasi dengan pemasok
  • Evaluasi kinerja supplier secara berkala

 

Outbound Logistics

Tantangan:

  • Biaya transportasi tinggi
  • Stok tidak seimbang
  • Ekspektasi pelanggan meningkat

Solusi:

  • Gunakan rute pengiriman optimal dengan sistem TMS
  • Gunakan sistem manajemen inventori
  • Transparansi pengiriman melalui real-time tracking

 

⚙️ Cara Mengoptimalkan Logistik Inbound dan Outbound

  1. Analisis dan Pemetaan Proses: Identifikasi bagian mana yang menghambat alur barang dan informasi.
  2. Gunakan Teknologi Modern: Terapkan ERP, WMS, atau TMS untuk meningkatkan akurasi dan efisiensi.
  3. Evaluasi dan Pelatihan Tim: Tingkatkan kemampuan karyawan agar familiar dengan sistem digital.

πŸ“¦ Mengapa Inbound dan Outbound Penting untuk Bisnis?

Inbound dan outbound bukan hanya tentang pergerakan barang. Mereka adalah fondasi dari efisiensi bisnis yang berdampak pada:

  • Kelancaran arus barang masuk dan keluar
  • Efisiensi waktu dan biaya
  • Akurasi inventaris
  • Kepuasan pelanggan
  • Reputasi bisnis
  • Return on Investment (ROI)

ΓΌ

 Yuk coba evaluasi, selama seminggu ini kamu lebih banyak menjalankan strategi inbound atau outbound dalam aktivitas onlinemu

Di dunia yang serba digital dan kompetitif, memahami konsep inbound dan outbound bisa mengubah cara kamu:

  • Memilih strategi pemasaran yang tepat
  • Menentukan cara berinteraksi dengan pelanggan
  • Mengelola usaha atau logistik secara efisien
  • Meningkatkan personal branding sebagai content creator

·  

Kalau kamu tahu ke mana arah kamu bergerak, kamu bisa memilih jalan tercepat dan terhemat.

 

πŸ’¬ Penutup: Kamu Tim Dicari atau Tim Mencari?

Inbound dan outbound adalah dua strategi hidup yang kita jalani setiap hari:

πŸ”Ή Kadang kita jadi pemburu informasi –> aktif mencari tahu, menggali, memahami.

πŸ”Ή Kadang kita jadi penyampai pesan –> membagikan, menjual, menyebarkan inspirasi.

Keduanya penting. Keduanya saling melengkapi.

🧠 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa inbound dan outbound bukan hanya sekadar istilah teknis dalam dunia bisnis atau logistik. Keduanya adalah strategi yang membentuk cara kita berkomunikasi, mengelola usaha, hingga menjalani hidup digital sehari-hari.

  • Inbound menarik audiens datang sendiri. Cocok untuk hubungan jangka panjang.
  • Outbound aktif mengejar target. Cocok untuk menjangkau cepat dan luas.

Kuncinya bukan memilih salah satu, tetapi bagaimana kamu bisa menggabungkan keduanya secara cerdas untuk mencapai tujuan baik dalam bisnis, karier, maupun kehidupan sehari-hari.

 

Jadi, kamu lebih suka jadi yang dicari… atau yang mencari? πŸ˜‰


Rabu, 28 Mei 2025

Business Model vs Revenue Model: Dua Sisi Mata Uang dalam Bisnismu

Dalam membangun sebuah usaha, ada dua hal yang selalu saya anggap sebagai fondasi utama: business model dan revenue model. Sayangnya, banyak orang termasuk saya di awal merintis usaha yang mengira keduanya itu sama. Padahal, meskipun saling melengkapi, keduanya punya peran yang sangat berbeda.

Menyamakan keduanya bisa membuat arah bisnis jadi kabur. Kita jadi bingung kenapa produk bagus tapi kok nggak laku? Atau sudah banyak pelanggan, tapi uangnya tidak cukup untuk menutup biaya. Nah, di sinilah pentingnya memahami dua model ini sejak awal.


πŸ” Apa Itu Business Model?

Menurut saya, business model adalah gambaran besar tentang bagaimana sebuah bisnis berjalan. Bukan cuma soal jualan apa dan ke siapa, tapi lebih dalam: siapa pelanggan kita, nilai apa yang kita berikan, bagaimana kita menyampaikannya, siapa mitra kita, dan bagaimana struktur biaya serta pendapatan terbentuk. Kalau saya boleh sederhanakan, model bisnis itu seperti peta jalan sebuah perusahaan. Tanpa peta ini, bisnis mudah kehilangan arah. 

Komponen utama dalam business model meliputi:

  • Segmentasi pelanggan
  • Proposisi nilai
  • Saluran distribusi
  • Hubungan pelanggan
  • Sumber pendapatan
  • Sumber daya utama
  • Kegiatan utama
  • Kemitraan utama
  • Struktur biaya

·  πŸ“ŒContoh: Banyak platform e-learning saat ini mengadopsi model Business to Consumer (B2C), di mana mereka menjual kursus online langsung ke pengguna lewat aplikasi. Nilai utamanya? Kemudahan akses belajar di mana saja, kapan saja.

Diagram Business Model


πŸ’°Apa Itu Revenue Model?

     Nah, kalau revenue model adalah bagian dari model bisnis yang secara spesifik menjawab pertanyaan: “Bagaimana kita menghasilkan uang?”

    Kalau model bisnis itu peta jalan, maka revenue model adalah titik-titik SPBU tempat kita mengisi bensin tanpa itu, bisnis tidak akan berjalan jauh. 

Jenis-jenis revenue model antara lain:

  • Penjualan langsung (direct sales)
  • Langganan (subscripton)
  • Freemiun (gratis dengan fitur berbayar)
  • Iklan (adversiting)
  • Komisi atau markup

·    πŸ“ŒContoh: Masih merujuk pada kasus platform e-learning, model pendapatan yang digunakan adalah berbasis langganan (subscription based), yaitu pengguna membayar biaya langganan bulanan untuk memperoleh akses penuh terhadap seluruh materi pembelajar, seperti YouTube.

Diagram Revenue Model

πŸ“ŠJadi, Apa Bedanya?

Aspek

Business Model

Revenue Model

Fokus

Operasi bisnis secara menyeluruh.

Cara menghasilkan pendapatan.

Komponen

Menyusun semua elemen bisnis.

Hanya berkaitan dengan arus masuk uang.

Cakupan

Luas dan menyeluruh.

Spesifik pada sumber pendapatan.

Tujuan

Menyampaikan nilai dan mengatur startegi bisnis.

Mengoptimalkan profit melalui strategi pendapatan.

Hubungan

Revenue model merupakan bagian dari business model.

Business model mencakup revenue model.

 


Mengapa Penting Memahami Keduanya?

Jujur, dulu saya juga sempat mengira keduanya sama. Tapi saat saya mulai mendalami dunia startup dan UMKM, saya sadar betapa banyak keputusan krusial bergantung pada pemahaman ini.

Tanpa business model yang kuat, bisnis kita bisa jalan tanpa arah. Tapi tanpa revenue model yang jelas, bisnis bisa jalan tapi nggak pernah cuan.

Dan ini bukan cuma penting untuk pemula. Bahkan bisnis yang sudah jalan pun perlu terus mengevaluasi dan menyesuaikan dua hal ini. Dunia terus berubah terutama di era digital seperti sekarang.


✍️Kesimpulan: Dua Pilar Sukses Usaha

Menurut saya, business model dan revenue model ibarat dua sisi koin nggak bisa dipisahkan. Yang satu memastikan bisnis punya arah, yang satu lagi memastikan bisnis punya bahan bakar untuk terus berjalan.

Memahami keduanya secara utuh bukan cuma membantu kita bertahan, tapi juga tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

 

πŸ’‘Sudahkah kamu merancang model bisnis dan pendapatan untuk usahamu dengan tepat? Kalau belum, mungkin sekarang waktu yang pas untuk mulai menyusunnya dari awal dengan lebih matang, realistis, dan berorientasi jangka panjang.

Semoga artikel ini bisa menjadi langkah awal yang membantumu memahami fondasi penting dalam membangun usaha yang berkelanjutan dan menginspirasi kamu untuk terus berkembang sebagai pelaku bisnis.




Profit atau Impact? Kenapa Bisnismu Harus Punya Dua Kaki untuk Berlari Jauh

https://sieplus.vhx.tv/products/impact-profit-conference-2023-day-2 Saat mendengar kata “bisnis,” banyak orang langsung membayangkan uang, k...